Gerakan neososialisme (sosialisme baru) di Amerika Latin ini sebenarnya hasil perjalanan panjang dalam upaya merevisi model kapitalisme buas yang sudah gembos. Seluruh Negara Amerika Latin sedang berada dalam kegiatan yang sangat besar dalam memainkan simfoni sosialisme barunya. Dengan mengusung neososialisme atau sosialisme baru, atau juga sosialisme abad ke-21, Amerika Latin ingin menantang apa yang disebut neokapitalisme global atau neoliberalisme. Dan agar ajaran sosialisme baru itu bisa dijalankan, kekuasaan harus direbut, bukan dengan revolusi atau pemberontakan, tapi melalui perekrutan pemimpin alamiah yang berakar dan berpijak pada rakyat. Setelah terpilih sebagai presiden, pemimpin rakyat ini dalam kapasitas sebagai kepala negara dan pemerintahan diberi peran sebagai regulator pertumbuhan ekonomi mikro maupun makro, hal penting yang diabaikan dalam suatu kapitalisme. Namun, pemimpin yang lahir dari rakyat itu tidak dibiarkan bergerak tak terkendali, tapi terus dikawal oleh jaringan sociadad civil, masyarakat warga, civil society. Sekalipun sociadad civil tidak berperan sebagai regulator langsung, tapi sangat berperan strategis memengaruhi pemerintah.
Kemenangan Presiden Venezuela Hugo Chavez dalam referendum pekan ini menimbulkan dilema besar bagi para penganut neososialisme di Amerika Latin. Sebagai salah satu ikon utama gerakan neososialisme, Chavez diharapkan dapat bertahan di panggung kekuasaan untuk menuntaskan tugasnya memperkuat neososialisme. Namun, di sisi lain, upaya Chavez melanggengkan kekuasaan justru dinilai bisa membahayakan prinsip neososialisme sendiri. Kemenangan Chavez sebagai salah satu ikon utama gerakan neososialisme di Amerika Latin disambut gembira oleh kalangan pendukungnya di Venezuela maupun di tingkat kawasan. Chavez diharapkan dapat menuntaskan upaya meletakkan dasar yang kukuh dan kuat pada gerakan neososialisme di kawasan, bahkan diharapkan dapat memberikan pengaruh kepada dunia.
Neososialisme yang menekankan kesejahteraan rakyat dan mengutamakan peran masyarakat warga, civil society, dikhawatirkan akan terjebak dalam totalisasi sistem sosialisme-komunisme, yang mengutamakan kekuasaan, cenderung menjauhi kepentingan masyarakat, dan memasung kebebasan sipil. Harapan Gelombang sosialisme yang menyebar di Amerika Latin menjadi inspirasi bagi kita. Pertama, butuh komitmen pada keadilan sosial sebagai pijakan awal. Ia bukan sekadar ekspresi aksi karitatif yang mungkin dilakukan dengan motif politis sekunder. Keadilan sosial dipahami secara komutatif demi terpenuhinya kebutuhan dasar dan terjunjungnya harkat dan martabat semua manusia. Kita masih jauh dari idealisme ini. Kelangkaan kebutuhan dasar, melambungnya harga BBM dan gas, kian sulitnya mendapatkan beras murah, selain orang miskin adalah tanda betapa jauhnya kita dari cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Para pemimpin Amerika Latin yang mengusung neososialisme seperti membayangkan dunia yang sederhana, seperti mengerjakan tata buku satu lajur, yaitu hanya mencatat keunggulannya tanpa memperhitungkan kerugiannya. Pemimpin yang ada di sana pun cenderung karismatik, memiliki aura ambil alih, bahkan kompetensi otoriter. Adakah perkembangan teknologi modern telah mampu mengatasi dua penyakit besar sosialisme? Bila ada, neososialisme akan memiliki daya jual yang semakin tinggi.
RADAR BANJARMASIN, JUMAT 27 MARET 2009
0 COomEeNTS:
Posting Komentar